Kamis, 17 Juli 2014


ini hasil dokumentasi buka bersama Windura tanggal 06 Juli 2014 kemarin sekaligus merayakan ulangtahunnya yang ke-24. Kalau masih ingin lihat foto-foto selengkapnya bisa di instagram R_Dina atau di twitter fanbase @Winduralicious :)
 Hellooooo Readers, kali ini gue bakal share tentang vocalist barunya Yovie&Nuno. Jadi gue ini admin sekaligus pendiri fanbasenya doi di twitter, follow yaaaa @winduralicious . Anyway kalian pasti udah pada tahu kan siapa sang Vocalist baru itu? Kalau belum, yuk simak nih sedikit info tentang dia. Namanya Arya WIndura Ariputra atau yang lebih akrab disapa Windura. Cowok kelahiran Bandung, 03 Juli 1990 itu memiliki kepribadia yang sangat baik. Dia itu ramah sekali pada semua fans Yovienuno atau yang lebih dikenal dengan panggilan TYN. Minggu 06 Juli 2014 kemarin. Fanbase Windura mengadakan acara Buka bersama Windura sekaligus merayakan ulangtahunnya yang ke-24.

Selasa, 20 Agustus 2013


Bieber Love Story

This is my first Bieber Love Story. Don’t copast!!  Dont forget to follow and coment the story to @purpledina_ thankyouuuuu ! Happy reading! Enjoy guuuuys J

Justin’s Love

                Pagi itu aku merasakan kecupan dikeningku, dan saat itu aku terbangun. Mulai membuka kedua mataku yang masih berat. Saat aku berhasil membuka mata. Korneaku menangkap sesosok lelaki tampan menatapku. Mata itu, mata hazelnut yang tak pernah bisa aku lupakan. Justin. Ya dia Justin sahabatku yang sudah dua tahun pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya. Seketika aku memeluknya dan menangis didadanya yang bidang. “hey, don’t cry babe! I’m here to meet you, to see your pretty smile” justin said. “i just glad to see your hazel eyes again. You know i miss you so much Justin. Kenapa kamu perginya lama banget? Kamu bilang satu tahun kamu bakalan balik ke Indo buat temuin aku. Tapi nyatanya kamu ingkar?” jawab gue nyerocos. “keep calm Laura. I’m sorry. Aku menyesal untuk itu. Kamu mandi dulu ya? Mending aku jelasin nanti aja sambil jalan. Hari ini seluruh waktuku akan ku habiskan denganmu. Aku tunggu dibawah ya?”  kata Justin dengan lembutnya sambil mengelus rambutku lalu melepaskan pelukannya pelan. Dan aku hanya mengangguk saja tanda setuju.

                Setelah mandi aku memakai celana jeans dan T-shirt longgar warna putih, topi dan sepatu converse. Aku memang tipe cewek yang simple dalam berpakaian. Aku hampir tak pernah menggunakan make up padahal usiaku sudah menginjak 18tahun.  Setelah bercermin beberapa detik, ku lirik jam tangan menunjukan pukul 09.am. setelah itu ku ambil tas dan segera bergegas kebawah menemui justin yang sedang duduk diruang tamu dengan kedua orangtuaku. “pagi mah, pah” kataku sambil mencium pipi keduanya. Aku duduk disebelah Justin  “Kamu mau langsung berangkat sama Justin? Mending kita sarapan bareng dulu yuk?” kata mamah, tapi Justin langsung menjawab “gak usah repot-repot tante, aku dan Laura sarapan diluar saja. Sudah lama gak sarapan bareng Laura di taman komplek. Aku sudah buat sandwich untuk kami berdua. Oh iya aku sekalian mau izin sama om dan tante untuk jalan seharian ini dengan Laura” katanya panjang lebar. “well, kalau gitu maunya yasudah hati-hati ya Jus. Om titip Laura ya!” kata papah. “ok! Om, tante. Kita berangkat ya!” kata Justin pamit pada orangtuaku. “take care sayang” kata mamah sambil mencium keningku. Justin dan aku meluncur ke taman dengan mobil hitamnya.

                “well, sudah sampai. Just take a few minutes” kata Justin sambil melempar senyum ke arahku. Aku hanya membeku bakaikan es yang mematung melihat senyuman Justin yang sepertinya mampu membekukan seluruh air dimuka bumi. “kamu kenapa?” Justin membuyarkan lamunanku yang memang tak jelas. “eeh, gak apa-apa Jus. Katanya kamu bawa sandwich buat sarapan?” kataku menutupi kebekuanku. “yep! This is” kata Justin sambil menunjukan tempat makan yang berisi sandwich. “yasudah turun yuk! Aku laper pengen cepet-cepet sarapan” aku merasakan kepalaku yang mulai pening dan penuh dengan imajinasi yang tak menentu. Aku membayangkan Justin yang sekarang telah berubah total. Sebelum pergi ke Amerika, Justin tidak seganteng ini dan tingginya hampir sama denganku. Tapi sekarang? Tinggiku dibawah telinganya. Mata hazelnut itu kini semakin indah. Deretan giginya yang putih dan rapih. Bibirnya yang sekarang terlihat sangat sensual. Aku berjalan disamping Justin menuju bangku taman untuk sekedar menikmati sandwich buatannya. Sungguh aku tak bisa mengatur nafasku yang semakin tersenggal. Jantungku terasa berdetak jauh lebih cepat seperti orang yang sedang lari maraton. Dan apalagi sekarang? Keringat dingin mulai membasahi dahi dan mengalir melewati pipi kiriku.

               

Setelah kami temukan bangku taman, Justin menyuruhku duduk sementara dia masih berdiri dihadapanku sambil berusaha membuka tempat makanan yang berisi sandwich. Aku berharap dia segera duduk disampingku agar tak melihat keringatku yang mulai tak sopan membasahi sebagian wajahku. Dia menyodorkan sandwich padaku. Dan yang benar saja? Justin melihat kearahku. Aku rasa dia melihat wajahku yang sudah bercucuran keringat seperti orang yang sudah berlari bermil-mil jauhnya. Akhirnya dia memasukan lagi sandwichnya dan merogoh saku belakang celananya. Dia mulai mengelap keringat yang membasahi wajahku dengan sapu tangan berwarna maroon itu seraya berkata “kamu seperti orang yang sudah berjalan dari depan monas sampai dufan. Mengapa berkeringat sebanyak ini?” nada justin meledekku. “idk, i get nervous by your side. Hahahaha just kidding. Mungkin aku kepanasan. Kamu tahu kan Jakarta panasnya seperti apa?” “probably you get both? Haha mungkin juga jawabanmu yang pertama itu benar? Secara kan aku ganteng dan semua cewek disini menatap kearahku” kata Justin sambil tertawa kecil “oh ya? Kamu merasa kayak gitu? Lalu kenapa kamu gak ajak aja semua cewek disini untuk kamu kencani?” kataku sambil sedikit memajukan bibirku tanda aku tengah kesal. “oh come on baby! Kamu cemburu sama aku? Yasudah, dari pada manyun kayak gitu mending kamu makan dulu nih!” katanya sambil menyuapkan sandwich kemulutku.

                Setelah selesai makan Justin mengendarai mobilnya ke bandara Soetta. “loh ini kan jalan ke Bandara? Kita mau kemana Justin?” “yep kamu benar! Kita berangkat ke Bali ya? Aku sudah bilang kok ke mamah papahmu dan mereka mengizinkan” katanya santai. “tapi aku gak bawa pakaian ganti sama sekali. Bisakah kita putar balik kerumah untuk mengambil beberapa pakaianku?” kataku yang sedikit kaget mendengar Justin mengajakku ke Bali. Justin hanya tersenyum dan melirik ke jok  belakang mobil. “sebelum aku bangunin kamu, aku sudah izin dulu sama papah mamah kamu, lalu aku ambil beberapa pakaian dari lemarimu dan memasukannya kedalam tasku” “oh this is crazy! Kamu ambil pakaian dalamku juga?” kataku setengah melotot kearahnya dan Justin hanya tersenyum nakal dan akhirnya kami tertawa bersama-sama. Well, papah mamah pasti izinin sih, karena kan Justin itu anaknya temen baik papah. Aku dan Justin satu sekolah dari SMP hingga SMA. Dan kami bersahabat baik sampai akhirnya Justin pergi ke Amerika dan aku merasakan kerinduan yang berbeda. Bukan seperti layaknya rindu pada sahabat. Lebih dari itu. Sepertinya aku mencintainya

  Sesampainya diBandara Ngurah Rai Bali, kami langsung pergi ke pantai Kuta. Dan yang membuat aku lebih kaget, ternyata disana sudah ada teman-teman Justin dari Amerika yang sengaja ikut Justin pulang ke Indonesia untuk berlibur musim panas. Ada Chaz, Christian dan Ryan mereka sudah bersiap untuk bermain Boat. Justin mengenalkanku pada mereka. Mereka bertiga shirtless dan ready buat main Boat. Seketika Justin membuka T-shirt putihnya dan Celana jeans panjangnya. Hanya boxer abu-abu saja yang tersisa dibadannya. Tanpa kusadari aku memperhatikan abs-Justin yang terbentuk six pack! Aw. Seketika aku memalingkan pandanganku saat aku sadar Justin memperhatikanku. “oh shit. Aku lupa kamu belum ganti baju. Yasudah aku antar kamu ke hotel tempat kami menginap ya? Tempatnya gak jauh dari sini, jalan kaki saja ya? Yuk! Kata Justin sambil menggandengku.” Justin pamit dulu pada teman-temannya. “guys aku antar Laura ke hotel dulu sebentar. Mungkin memakan waktu 10menit. Jangan mulai tanpa aku.” Chaz menjawab “oh no! Just for 5minutes or we will start without you” Christian dan Ryan tertawa kecil mendengar Chaz berkata seperti anak kecil.

Berjalan dengan Justin yang dalam keadaan shirtless itu sontak bikin jantung gue kambuh. Dagdigdug gitu. I find awkward moment! Damn it! “sudah sampai Laura. Aku tadi sempat ambil hotpan dan kaos lengan pendek dari lemarimu. You can wearing it” “ok! Tunggu sebentar ya! Jangan ngintip loh -_-“ “aku akan menunggumu didalam sambil melihatmu berganti pakaian dan akhirnya aku yang memakaikan bajumu kembali “ “Juzteeeeeeeen!!” “hahahaha” Dia langsung lari keluar kamar hotel sambil tertawa karena puas membuatku kesal.

“selesaaaaai! Ayoooo! Aku sudah gak sabar” kataku sambil menarik tangan Justin yang masih membeku memandangiku seperti kucing yang melihat ayam goreng. “heeeey! Ayo! Kamu kenapa jadi bengong kayak gini.” Entah aku yang kepedean atau memang Justin sedang memperhatikanku. Aku berjalan lagi ke arah pantai. Sekarang aku sudah menggunakan celana pendek dan T-shirt. Lebih baik dari pada tadi. Sampai dipantai bertemu lagi dengan ketiga teman Justin. “ let’s start having fun guuuuys. Ready?” Chirstian , Chaz dan Ryan langsung berlari kearah Boat. Justin dan aku sedikit tertinggal dibelakang mereka. Aku dan Justin menaiki Boat berwarna merah. Ryan Biru, Chaz hitam dan Chirstian oranye. Kami bermain Boat hampir ketengah laut tetapi tak melewati batas ambang bahaya. Saat ditengah laut tiba-tiba saja Boat yang kami kendarai terbalik dan akhirnya aku dan Justin jatuh tertimpa Boat. Aku mulai panik karena sulitnya mengambil nafas. Ya, aku tidak bisa berenang. Untungnya aku menggunakan pelampung yang otomatis membuatku mengambang dipermukaan. Sialnya kurasa kepalaku tepat berada dibawah Boat yang terbalik. Tiba-tiba saja seseorang memelukku dari belakang dan membawaku berenang menjauh dari Boat. Akhirnya aku bisa bernafas. “are you ok Laura?” tanya Justin dengan wajah cemas. “i’m ok!” jawabku singkat karena susah mengatur nafas. Dan tiba-tiba saja air mataku mengalir hangat membasai pipiku. Aku memeluk Justin dengan erat “aku takut Justin! Aku tidak bisa bernafas tadi, aku takut! Bagaimana kalau disini ada hiu yang sedang mengintai kita?” justin memelukku semakin erat “relax babe! Maafin aku, seharusnya aku gak usah ajak kamu main Boat sampai jatuh seperti ini. aku menyesal. Maafkan aku. Kamu tenang aja disini ada aku. Gak akan ada hiu kok. Kita masih berada dibatas aman pantai” Justin mencium kepalaku sambil terus memelukku. Kini tangan kanannya berada didaguku mengarahkan wajahku sedikit menengadah keatas. Mataku bertemu dengan mata hazelnya yang hangat dia mendekatkan wajahnya. Semakin dekat dan mencium pipi bawahku sampai akhirnya bibir itu menyentuh lembut bibirku. Memberikanku ketenangan dan segenap ketakutanku seketika hilang berganti rasa aman. Sekirtar lima menit bibir kami saling berpagutan lembut. Setelah itu lidah justin mulai menerobos masuk kemulutku dan bermain-main dengan lidahku. Dan saat itu kami tersadar bahwa Christian , Chaz dan Ryan telah datang untuk memberi pertolongan. “guys? Are you ok?” kata Ryan dan aku langsung melepaskan ciuman Justin. “oh Ryan your broke my hot kiss hahaha. Yeah never better than it” jawab Justin sambil tertawa kecil. “i feel you need my boat? Just take it! Biar aku menumpang boatnya Chaz saja.” Kata Christian sambil pindah ke boat yang dinaiki Chaz. “Thanks Christian. Aku berhutang padamu” kataku. Aku dan Justin akhirnya menaiki boat Christian dan meninggalkan boat yang terguling tadi. Saat itu aku memeluk Justin da berkata “jangan sampai kau menjatuhkan boat untuk yang kedua kalinya dan berbuat nakal lagi” justin menjawab “oh, bukankah itu menyenangkan?” “ayolah! Kamu itu bukan pacarku. Berani-beraninya kamu cium aku” “kalau begitu jadilah pacarku” kata Justin. “are you fuckin’ kidding me?” jawabku shock! “no! Exactly not! You know i love you more than just best friend. Laura would you be my girlfriend?” Justin menghentikan boatnya masih ditengah laut dan ketiga temannya entah sudah sampai ke garis pantai mungkin. Dia berbalik kearahku dan sekarang kami duduk berhadapan. Justin memandangku dan memegang tanganku “aku memang sahabat kamu, aku sadar itu. Tapi apakah salah jika seorang sahabat mencintai sahabatnya sendiri? Aku tahu semua kekurangan dan kelebihan kamu dan aku terima itu semua Laura. Apakah kamu mau menjadi pacarku?” hatiku semakin tak menentu. Rasanya tubuh ini seperti meleleh mendengarkan perkataan Justin. “kurasa aku tak perlu menjawabnya sekarang” “tapi aku ingin kau menjawabnya sekarang Laura?” justin memelukku dan mencium kening, hidung, dan sampai kemulutku. Lidah justin memaksa masuk ke mulutku, tapi kali ini aku tak membiarkannya masuk kemulutku. Tangan kiri justin mengelus punggungku sedangkan tangan kanannya memegangi bagian belakang kepalaku.

“I Love you! Love you more than i love my self” kata Justin setelah iya melepaskan bibirnya dari bibirku. “bisa kita pulang ke hotel sekarang? Aku lelah dan kurasa perutku sudah meminta jatah” justin tertawa mendengar kata-kataku yang terakhir. “ok! Pegangan ya! Ready?” justin menarik gas dengan kencang dan sepertinya aku akan terjatuh lagi jika tadi tak memeluk justin dengan erat. “i almost fall anymore Justin! Can we change?” kataku. “are you serious?” “ya off course! You let me fall anymore! I wont it happen anymore” Justin berhenti dan membiarkan aku yang mengendarai boatnya sedangkan sekarang dia yang memelukku dari belakang. Oh my god! Kuatkan imanku. Jangan sampai aku tergoda oleh lelaki ini. sahabatku sendiri. Aku bingung harus menjawab apa nanti jika dia menanyakan kembali. Aku ingin sekali jadi pacar justin tetapi disatu sisi aku tidak ingin putus nantinya ! Aku tak ingin hubunganku renggang  jika suatu hari nanti kami harus berpisah. Tetapi jika aku tetap menjadi sahabatnya, apakah aku sanggup melihat justin dengan wanita lain sedangkan aku sendiri mencintainya? Entahlah, aku masih belum bisa memilih.

                Setelah sampai ditepi pantai, aku, Justin, Ryan, Chirstian dan Chaz langsung bergegas ke hotel untuk mandi dan ganti pakaian. Entah mengapa Justin menyuruhku memakai dres merah yang dia bawakan dari Amerika. Sesungguhnya aku malas menggunakannya, karena itu mini dress dan hanya sepahaku. Belum lagi hanya ada dua tali kecil yang menyambungkannya. Sementara punggungku terlihat dari segala arah. Tetapi karena aku menghargai pemberian justin, jadi aku pakai sajalah. Dan yang aneh lagi, justi, Chaz, Ryan, Christian, memakai blazer dan berdandan rapih. Mungkin akan ada pertemuan formal atau apalah aku tak mengerti. Setelah kami semua selesai, kami keluar hotel dan menyaksikan sunset di pantai Kuta yang begitu indah. Lembayung oranye yang mewarnai langit, menyaksikan matahari yang tenggelam perlahan dan berganti menjadi gelap. “Sungguh pemandangan yang menakjubkan” kata Ryan. Dan Chaz menimpali “aku rasa ini sunset terindah yang pernah aku saksikan. Great! This is Bali and I love Bali’s sunset.”

                Setelah puas menyaksikan pemandangan alam yang begitu fenomenal, kami berlima berjalan ke cafe dekat  dihotel. Setelah memesan beberapa makanan, Justin sedikit bercerita tentang persahabatanku dengannya dari kecil hingga sekarang. Dan tiba-tiba saja Justin berjalan ke arah piano yang ada di Cafe. Aku baru sadar kalau cafe ini telah dibooking oleh Justin dan hanya ada aku, Justin dan ketiga temannya. Justin yang sekarang telah duduk didepan piano putih itu berkata dengan microphone yang terpasang di piano “i’ll sing a song  for you! Laura. Enjoy!” dan seketika Justin bernyanyi “say you love me. As much as i love you, will you hurt me baby would you do this to me yeah. Would you lie to me baby? Cause the truth hurt so much more ............” justin menyanyikan lagu yang berjudul “die in your arms hingga selesai dengan iringan piano. Suaranya merdu dan sangat tulus menyanyikan lagu itu sampai aku tak sadar kalau pipiku telah banjir air mata.

                Justin berjalan kearahku dan mengusap air mataku. Dia berlutut dihadapanku dan mengambil sesuatu dari saku blazer hitamnya. Dan berda itu berwarna merah. Berbentuk kotak. Dia membuka kotak itu. Ternyata didalamnya terdapat dua buah cincin yang indah sekali. Ditengah2 cincin itu terdapat batu ungu kecil yang sangat indah. Justin mengambil cincin itu dan memakaikannya dijari manis tangan kiriku. Dan tiba-tiba saja Chaz, Ryan dan Christian sudah memegang kertas yang bertuliskan “would you be Juustin’s girlfriend?” yang entah dari mana mereka mendapatkan benda itu. Lalu Justin memakai cincin yang satunya lagi dijari manis tangan kirinya juga. Setelah itu dia berkata “i want to ask you again. Would you be my girlfriend?” sambil memberikan sebucket bunga mawar merah kepadaku. Aku hanya bisa berkata “apa ada alasan untuk menolak lelaki yang dari dulu aku cintai?” seketika Justin memelukku dan mengecup bibirku hingga aku hampir saja terjatuh. Untung saja badannya yang tegap bisa menahan berat badanku. Dia belum juga melepaskan bibirnya dari bibirku. Sungguh aku malu dilihat Chaz, Ryan dan Christian. Mereka hanya menatap kami sambil tersenyum ikut berbahagia. Aku mencubit pelan perut Justin dan akhirnya dia mau melepaskan ciumannya. “Why baby? Why you so hot? I love you so much my girlfriend. You know i’ll never let you go! Forever”

 

 

~TAMAT~

 

short story made by @purpledina_ please follow. jangan lupa mention komen/kritik/saran yang membangun! Thankyou guys!

Jumat, 23 November 2012

Aku dan segudang harapan kosong


“Yudaaaaaaaaa !!!! cukup ! jangan pernah PHP-in gua lagi !” aku berteriak sambil menangis dijalanan yang sepi ketika aku mengendarai motor. Namaku Bela, aku memiliki teman dekat bahkan bisa dibilang teman spesial, dia bernama Yuda. Dia selalu memperlakukanku secara istimewa layaknya orang pacaran, tetapi tidak ada ikatan diantara kami berdua selama hampir setahun. Tetapi   Satu bulan yang lalu aku mendengar dia berpacaran dengan Desti, Siswi SMA yang letaknya tak jauh dari sekolahku. Bagai disambar listrik ribuan volt aku mendengar berita ini dan akhirnya aku memutuskan untuk menjauhinya karena sudah cukup bagiku segudang harapan kosong yang telah dia beri kepadaku selama satu tahun lebih.
            Sepulang sekolah tadi saat aku berjalan dikoridor sekolah, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tanganku dan ternyata itu adalah Yuda. “hey, buru-buru amat? Gua Cuma mau kasih ini nih oleh-oleh dari Makasar” ucapnya sambil memberikan sebuah tas cantik berwarna merah marun. “makasih” kataku sambil berlalu membawa tas yang diberikannya. “hey pesek, tunggu sebentar dong! Buka dulu didalam tasnya ada sesuatu “ katanya sambil berusaha mengikuti cepat langkahku. “apa? Sory gua lagi buru-buru!” tapi untuk kedua kalinya dia memegang tanganku sambil mengelus-elus rambutku. “yaudah kalau gitu gua Cuma minta waktu lima menit aja pesek.  Didalam tas itu ada coklat kesukaan lo dan ini gua beliin bunga buat lo. Lo suka kan?” katanya sambil menyodorkan bunga mawar cantik berwarna merah “oh, iya makasih deh. Udah kan? Gua bener-bener lagi buru-buru banget nih” jawabku tergesa-gesa. Aku menghindar darinya dan tak ingin lagi berurusan dengannya. Dan dia menjawab “yasudah hati-hati ya! Bawa motornya jangan ngebut-ngebut. Sampai ketemu besok ya Sunshine pesekku”. Aku berlalu tanpa sepatah katapun. Aku berlari sambil membawa bunga, dan tas yang berisi coklat darinya.
            Setelah aku puas berteriak dimotor aku berhenti disebuah danau. Aku parkirkan motorku dan berjalan menuju tempat duduk disisi danau. Bendungan air dikelopak mataku sudah tak lagi tertampung dan akhirnya membuat sungai kecil dikedua pipiku. Semakin lama tangisku semakin menderu dan mulutku tak berhenti berkata “gua sayang lo yuda, tapi lo Cuma PHP-in gua. jahat banget ya tuhan” tangiskupun pecah seketika.
            seseorang mengusap air mataku dari belakang. Dia duduk disampingku sambil memelukku. Dia adalah orang yang sedang ku tangisi. Ya, dia Yuda. “nangis aja dulu sampai perasaan lo lega” katanya sambil tak henti megelus rambutku. Setelah tangisku mulai mereda dia melepaskan pelukannya dan berkata “lo kenapa? Kenapa lo berubah drastis saat gua pacaran sama Desti? Ada yang salah dari gua?” tanyanya dengan wajah tanpa dosa. Mendengar pertanyaannya hatiku terasa teriris, sakit sekali rasanya. Sambil menahan tangis aku menjawab “lo gak usah tanya kenapa sama gua? lo tanya aja sama diri lo sendiri kenapa gua berubah?” “gua udah coba tanya itu sama diri gua sendiri tapi sampai sebulan lamanya gua belum juga temuin jawabannya sek” jawabnya dengan suara yang seolah mendinginkan hati dan fikiranku. “lo pernah gak sih mikirin perasaan gua? lo fikir aja! Setahun kita deket banget, lo selalu perlakuin gua secara istimewa. Setahun kita jalanin tanpa status dan tiba-tiba gua denger lo jadian sama Desti. Apa lo gak mikirin perasaan gua? lo gak mikir hah? Gua itu sayang sama lo sayang bahkan melebihi sayang ke diri gua sendiri yuda” kataku sambil terisak dan dia memelukku lagi, tetapi kali ini aku melepaskan pelukannya dan berlari menuju motorku tetapi dia mencegahku dan berkata “gua juga sayang. Sayang banget sama lo! Tapi gua anggap lo seperti Nanda, adik kandung gua sendiri. Dan gua yakin suatu saat nanti lo bakal dapetin cowok yang jauuuuuh lebih baik dari gua” mendengar jawabannya aku berlari tanpa sadar ada sebuah mobil yang melaju cepat kearahku dan sepertinya hidupku telah berakhir sekarang karena aku sudah tak merasakan apa-apa lagi selain gelap dan asing.

Minggu, 18 November 2012

tangis dalam senyuman

Jagalah Aku




Ratusan
Ribuan
Bahkan jutaan tahun yang lalu
Teramat jauh berbeda dengan keadaan dimasa kini

Saat dahulu
Dimana pohon-pohon masih menjulang tinggi
Kini digantikan oleh gedung-gedung pencakar langit
Saat dahulu
Rumput-rumput hijau yang menjadi pijakan
Kini digantikan oleh sampah yang bertebaran
Saat dimana ozon cukup kuat melindungiku
Kini ozonpun telah rusak akibat perbuatanmu

Tolong
Tolong jagalah aku
Jangan kau rusak aku seperti ini
Kembalikan aku seperti dahulu lagi
Dengan pohon, rumput, dan ozon yang utuh seperti saat aku masih muda

Karena kini
Aku semakin tua dan rapuh
Dan suatu saat nanti
Aku akan marah terhadap perlakuanmu !